Dalam foto diatas terdapat 4 lapisan tanah. Lapisan tanah yang di maksud adalah tanah humus ( ±20 cm ), tanah lempung berpasir ( masyarakat sekitar menyebut tanah sari ) ±100 cm, tanah lempung ( ±50 cm) dan batu padas ( ±200 cm ). Lokasi pengambilan foto di Desa Penarukan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. lapisan tanah yang dimaksud terdapat di pinggir sungai. Foto yang di dapat merupakan tempat penambangan batu padas milik masyarakat sekitar. Tinggi dari lapisan tanah yang dimaksud sekitar 370 meter. Dengan karakteristik masing-masing lapisan adalah sebagai berikut :
1. Tanah
Humus
Tanah humus
adalah tanah
yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun
dan batang
pohon
di hutan hujan tropis yang lebat.
Humus dikenal sebagai sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan
oleh organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat
kehitaman. Secara kimia, humus didefinisikan sebagai suatu kompleks organik makromolekular
yang mengandung banyak kandungan seperti fenol,
asam karboksilat, dan alifatik hidroksida.
1.1.
Ciri-Ciri Tanah Humus
a. Berasal
dari pelapukan sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk.
b. Berwarna
kehitaman.
c. Kemampuan
menyerap airnya sangat tinggi.
d. Dapat
menggemburkan tanah.
1.2.
Manfaat Tanah Humus
Humus memiliki kontribusi terbesar
terhadap kebertahanan dan kesuburan tanah. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman
dan akan berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa
humus juga berperan dengan sangat memuaskan terutama dalam pengikatan bahan
kimia toksik
dalam tanah dan air. Selain itu humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah,
membantu dalam menahan pupuk
anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan
juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida
atau senyawa-senyawa organik toksik. Dengan demikian sudah selayaknya
pupuk-pupuk organik yang kaya akan humus ini menggantikan peran dari
pupuk-pupuk sintesis dalam menjaga kualitas tanah.
2.
Tanah Lempung Berpasir
Tanah Lempung Berpasir adalah bahan
tanah yang mengandung 20% liat atau kurang, dan persentase debuditambaha dua
kali persentase liat lebih dari 30% dan 52% atau lebih adalah pasir atau <7%
liat,<50% debu dan pasir antara 43-2%. 30% atau lebih pasir sangat kasar,
pasir kasar, dan pasir medium, tapi 25% pasir sangat kasar, dan <30% pasir
sangat halus atau pasir halus.
3.
Tanah Lempung
3.1. Karakteristik Tanah Lempung
Tanah
lempung merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian
besar terdiri dari batuan feldspatik berupa batuan granit dan batuan beku.
Hasil pelapukan tersebut berbentuk partikel-partikel halus dan sebagian besar
dipindahkan oleh tenaga air, angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih
rendah dan jauh dari tempat batuan induk. Sebagian lagi tetap tinggal di lokasi
dimana batuan induk berada.
Tanah
lempung adalah partikel mineral berkerangka
dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung
mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus.
Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur
yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung
terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian
dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Tanah
lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah
terkena air. Sifat ini
ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida
silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1
memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara
golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon yang mengapit satu
lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis
yang kuat, menyusut saat kering dan memuai saat basah. Karena perilaku inilah
beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau
"pecah-pecah" bila kering. Adapun ciri-ciri dari tanah lempung adalah :
a.
Tanahnya
sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian.
b. Tekstur tanahnya cenderung lengket
bila dalam keadaan basah dan kuat menyatu antara butiran tanah yang satu dengan
lainnya.
c. Dalam keadaan kering, butiran
tanahnya terpecah-pecah secara halus.
d.
Merupakan
bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya yang dalam
pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 10000C.
3.2. Jenis-Jenis Tanah Lempung
3.2.1. Tanah Lempung Primer
Tanah Lempung primer (residu) adalah
jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga
endogen yang tidak berpindah dari batuan induk (batuan asalnya), karena tanah
liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan
tanah liat sekunder. Selain tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari dalam
bumi mempunyai andil dalam pembentukan tanah liat primer. Karena tidak terbawa
arus air dan tidak tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting, atau
daun busuk dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau putih kusam.
Suhu matang berkisar antara 13000C–1400 0C, bahkan ada yang mencapai 17500C.
Yang termasuk tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite, feldspatik,
kwarsa dan dolomite, biasanya terdapat di tempat-tempat yang lebih tinggi
daripada letak tanah sekunder. Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit
akan memberikan lempung merah sedangkan granit akan memberikan lempung putih.
Mineral kwarsa dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis tanah liat primer
karena merupakan hasil samping pelapukan batuan feldspatik yang menghasilkan
tanah liat kaolinit. Tanah liat primer
memiliki ciri-ciri:
a. warna
putih sampai putih kusam
b. cenderung
berbutir kasar,
c. tidak
plastis,
d. daya
lebur tinggi,
e. daya
susut kecil
f. bersifat
tahan api
Dalam keadaan kering, tanah liat primer
sangat rapuh sehingga mudah ditumbuk menjadi tepung. Hal ini disebabkan
partikelnya yang terbentuk tidak simetris dan bersudut-sudut tidak seperti
partikel tanah liat sekunder yang berupa lempengan sejajar. Secara sederhana
dapat dijelaskan melalui gambar penampang irisan partikel kwarsa yang telah
dibesarkan beberapa ribu kali. Dalam gambar di bawah ini tampak kedua partikel
dilapisi lapisan air (water film), tetapi karena bentuknya tidak
datar/asimetris, lapisan air tidak saling bersambungan, akibatnya
partikel-partikel tidak saling menggelincir.
3.2.2. Tanah Lempung Sekunder
Tanah liat sekunder atau sedimen
(endapan) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang
berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen yang menyebabkan
butiran-butiran tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah seperti
lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, tanah danau. Dalam perjalanan karena
air dan angin, tanah liat bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik
sehingga merubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi
partikel-partikel yang menghasilkan tanah liat sekunder yang lebih halus dan
lebih plastis. Jumlah tanah liat sekunder lebih lebih banyak dari tanah liat
primer. Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah
satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat menjadi
partikel-partikel yang semakin mengecil. Pada saat kecepatan arus melambat, partikel
yang lebih berat akan mengendap dan meninggalkan partikel yang halus dalam
larutan. Pada saat arus tenang, seperti di danau atau di laut, partikel –
partikel yang halus akan mengendap di dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan
bisaanya terbentuk dari beberapa macam jenis tanah liat dan berasal dari
beberapa sumber. Dalam setiap sungai, endapan tanah liat dari beberapa situs
cenderung bercampur bersama. Kehadiran berbagai oksida logam seperti besi,
nikel, titan, mangan dan sebagainya, dari sudut ilmu keramik dianggap sebagai
bahan pengotor. Bahan organik seperti humus dan daun busuk juga merupakan bahan
pengotor tanah liat. Karena pembentukannya melalui proses panjang dan bercampur
dengan bahan pengotor, maka tanah liat mempunyai sifat: berbutir halus, berwarna
krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu matang antara 9000C-14000C. Pada
umumnya tanah liat sekunder lebih plastis dan mempunyai daya susut yang lebih
besar daripada tanah liat primer. Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras
dan semakin kecil porositasnya, sehingga benda keramik menjadi kedap air.
Dibanding dengan tanah liat primer, tanah liat sekunder mempunyai ciri tidak
murni, warna lebih gelap, berbutir lebih halus dan mempunyai titik lebur yang
relatif lebih rendah. Setelah dibakar tanah liat sekunder biasanya berwarna
krem, abu-abu muda sampai coklat muda ke tua.
Tanah liat sekunder memiliki ciri-ciri:
a. Kurang
murni.
b. Cenderung
berbutir halus.
c. Plastis.
d. Warna
krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda, kuning kecoklatan,
kemerahan, kehitaman.
e. Daya
susut tinggi.
f. Suhu
bakar 12000C–13000C, ada yang sampai 14000C (fireclay, stoneware, ballclay).
g. Suhu
bakar rendah 9000C–11800C, ada yang sampai 12000C (earthenware).
Warna tanah tanah alami terjadi karena
adanya unsur oksida besi dan unsur organis, yang biasanya akan berwama bakar
kuning kecoklatan, coklat, merah, wama karat, atau coklat tua, tergantung dan
jumlah oksida besi dan kotoran-kotoran yang terkandung. Biasanya kandungan
oksida besi sekitar 2%-5%, dengan adanya unsur tersebut tanah cenderung
berwarna Iebih gelap, biasanya matang pada suhu yang lebih rendah, kebalikannya
adalah tanah berwama lebih terang atau pun putih akan matang pada suhu yang
lebih tinggi.
4.
Batu Padas
Tanah Padas
adalah tanah yang amat padat karena mineral di dalamnya telah dikeluarkan oleh
air yang terdapat di lapisan tanah di sebelah atasnya. Di Bali sendiri tanah
padas biasanya digunakan untuk membuat padmasana karena memiliki sifat yang
kuat.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org
puputwahyuni.wordpress.com/2013/01/02
geografi-geografi.blogspot.com/2013/.../jenis-jenis-tanah-di-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar